Gen-Z Nepal Pilih Perdana Menteri Lewat Discord
Gerakan protes yang dipimpin anak muda ini meletus setelah pemerintah mengeluarkan kebijakan yang meningkatkan biaya ujian masuk perguruan tinggi, membuat pendidikan tinggi semakin tidak terjangkau bagi banyak keluarga. Protes yang awalnya terdesentralisasi akhirnya menemukan rumah digitalnya di server Discord bernama "Nepal Ko Discord" (Discord-nya Nepal).
BERITA INTERNASIONAL
Putra Kresna
9/15/20252 min read
Kathmandu, dikutip dari aljazeera.com, dalam sebuah peristiwa politik yang mencerminkan perubahan zaman, generasi muda Nepal (Gen Z) memainkan peran kunci dan tidak konvensional dalam proses pemilihan perdana menteri baru negara itu. Mereka mengorganisir diri dan berkoordinasi melalui platform gaming populer, Discord, yang menjadi pusat strategi untuk menekan para politisi.
Gerakan protes yang dipimpin anak muda ini meletus setelah pemerintah mengeluarkan kebijakan yang meningkatkan biaya ujian masuk perguruan tinggi, membuat pendidikan tinggi semakin tidak terjangkau bagi banyak keluarga. Protes yang awalnya terdesentralisasi akhirnya menemukan rumah digitalnya di server Discord bernama "Nepal Ko Discord" (Discord-nya Nepal).
Aktivis Gen Z, Aayush Lamichhane (22), yang menjadi salah satu penggerak utama, menjelaskan daya tarik platform tersebut. “Discord lebih egaliter. Tidak seperti Facebook, tidak ada ruang untuk ‘pemimpin’ atau ‘pengikut’. Setiap orang memiliki suara yang sama,” ujarnya kepada Al Jazeera.
Server tersebut dengan cepat berkembang dari sekadar tempat berkoordinasi aksi unjuk rasa menjadi ruang debat politik yang hidup. Ketika proses pemilihan perdana menteri mengalami kebuntuan di parlemen, ribuan anggota server itu beralih fokus untuk memengaruhi para politisi.
Mereka meluncurkan kampanye penekanan dengan menyasar secara khusus anggota parlemen dari partai Rastriya Swatantra Party (RSP), yang dianggap sebagai kunci pembentuk koalisi. Para aktivis muda ini membombardir wakil rakyat RSP dengan ribuan pesan di media sosial, menuntut mereka untuk tidak berkompromi dalam pemilihan pemimpin baru.
Seorang anggota parlemen RSP, Manish Jha, membenarkan dampak dari gerakan yang digerakkan oleh Discord ini. “Mereka mengirim ribuan pesan kepada kami yang menuntut agar kami tidak memberikan suara untuk [mantan PM] KP Sharma Oli,” kata Jha.
Tekanan itu berhasil. RSP akhirnya memutuskan untuk tidak mendukung Oli dan memilih untuk berdiri di pinggir, sebuah langkah yang diyakini banyak pengamat memengaruhi hasil akhir. Setelah beberapa hari kebuntuan, Sher Bahadur Deuba dari Kongres Nepal akhirnya terpilih sebagai perdana menteri pada hari Minggu (14/9).
Banyak yang melihat terpilihnya Deuba, yang berusia 78 tahun, sebagai kemenangan sementara bagi gerakan anti-Oli, meski para aktivis Gen Z menyatakan perjuangan mereka belum selesai.
Lamichhane menekankan bahwa fokus mereka adalah pada akuntabilitas, bukan hanya pada satu pemilihan. “Tujuan utama kami adalah memastikan bahwa para politisi tidak bisa lagi menganggap remeh rakyat. Kami akan terus menggunakan platform kami untuk memantau pemerintah dan menuntut tanggung jawab,” tegasnya.
Penggunaan Discord yang luar biasa dalam proses politik Nepal menandai pergeseran signifikan dalam cara kaum muda terlibat dalam demokrasi. Seorang analis politik, Dr. Sangeet Lamichhane (tidak ada hubungan keluarga dengan Aayush), berkomentar, “Apa yang terjadi di Nepal adalah contoh langka di mana protes jalanan yang dipimpin pemuda berhasil diartikulasikan ke dalam proses politik yang sebenarnya, memengaruhi pembentukan koalisi dan hasil pemilihan PM.”
Dengan tagar #EducationRevolution masih terus bergaung, Gen Z Nepal telah mengirim pesan jelas kepada kelas politik tradisional: suara mereka tidak bisa lagi diabaikan, dan alat-alat baru telah membuka jalan bagi partisipasi yang lebih langsung dan egaliter.
Berita Online
Menyebarkan berita terkini dan terpercaya dengan penuh suka cita.
© 2025. All rights reserved.


